Trail
Bara menyalakan mesin motornya, berniat memanaskannya terlebih dulu sebelum memulai perjalanan. Bukan hanya mesin motor yang panas saat itu, tapi hatinya juga ikut panas. Di hadapannya, Bintang duduk di atas jok motor milik Jonathan. Bara tak mengerti dengan jalan pikir Jefrian. Mengapa Bintang malah di titipkan pada Jonathan? Mengapa bukan dengannya? Apa karna Bara seorang pembalap dan takut dibawa ngebut? Hhhh jangan konyol, Jonathan juga seorang pembalap. Begitulah yang Bara pikirkan sejak tadi.
Emosinya semakin meluap ketika Jonathan menoleh ke belakang menatap Bintang dan mengaitkan gesper helmet yang Bintang kenakan.
TIIIIIINNNN!!! Suara klakson berbunyi cukup panjang, membuat setiap pendengarnya menoleh ke sumber suara. Bara. Dengan sengaja Bara menekan tombol klakson saat melihat peristiwa tadi. Air muka nya datar, namun kedua netra legam miliknya menatap tajam pada tersangka. Itu sebuah peringatan.
Total rombongan berjumlah lima motor dengan lima orang pengendara dan dua orang penumpang. Lima laki-laki dan dua perempuan. Bara, Hendri, Lukas berkendara seorang diri sedangkan Jonathan dengan Bintang dan Jefrian dengan tunangannya. Rombongan itu melaju menyusuri kota melewati jalan tol dan lama kemudian mulai menyusuri area yang jauh dari perkotaan. Mereka menghentikan perjalanan pada sebuah penyewaan motor trail di sebuah area lintasan khusus trail. Bintang segera turun dari motor dan belari ke arah Bara.
“Baraaa” Senyumnya merekah menghiasi wajah yang paling Bara sukai. Air muka Bara yang semula suram seketika berwarna saat melihat sang kekasih berlarian ke arahnya.
“Bara, ngetrail yuk? Hihiii”
Tawa Bara lepas setelah mendengar ajakan Bintang. Tangannya terjulur ke depan, telunjuk kanannya menyentuh lembut ujung hidung sang gadis. “Emangnya bisa?” Ejekan Bara berhasil membuat Bintang memasang raut wajah kesal tapi tetap menggemaskan di mata Bara. Selalu.
“Ck. Yaudah Star sendirian aja.”
“Yakin?”
“Ya kita gabakal tau kalau belum nyoba.” Jonathan mengangguk mendengar pernyataan saudara tirinya itu. “Lagian tuh anak gercep bener masa gue dilangkahin HAHAHAA” Tawa Jefrian lepas dan baru berhenti saat tersadar tunangannya entah berada dimana. “Istri gue mana cuk?” Jefrian bangkit dari duduknya, pandangannya kesana-kemari mencari sosok sang kekasih. “Emang dah nikah bang?” Saut Hendri dari warung sebelah kanan. “Dalam proses” Jawab Jefrian. Padahal keduanya belum saling kenal, tapi begitulah sifat alami Hendri si social butterfly. Hendri hanya berdeham menanggapi lalu tersadar—
“Lah? Lukas mana?!?”
“Di panggil bang jef sebentar, kamu ngetrail aja dulu bareng calon kakak ipar, nanti Bara ke sini lagi”
“Tumben banget kalian mau ngobrol?” Bintang merasa curiga dengan abangnya yang tiba-tiba ingin berbincang dengan Bara. Biasanya kan tidak pernah akur.
“Gapapa aman, Bara sabuk hitam. Have fun babe!” Tanpa menunggu balasan Bintang, Bara langsung berlari menjauhi area trail menuju warung dekat prakiran dimana kedua abangnya dan juga Hendri sedang duduk santai sambil minum es. . . .
To be continued- . . .
-Zhi