Toko buku merah | 01:57 p.m.

“Jadi tujuan kalian ke sini karena postingan lama ku?” Tanya Theo.

“Iya, om, paman, tuan, pak, aduh manggilnya apa nih?” Ujar Nathan sambil berbisik pada kedua teman di samping kanannya.

“Om aja gak sih?” Bisik Rendy pada kedua teman di samping kirinya.

Kiera yang duduk di tengah hanya terpaku menatap lurus pemilik toko buku itu.

“Ganteng banget.” Ujar Kiera tanpa sadar. Ucapannya sontak mengejutkan tiga orang di sana. Suasana canggung tercipta, lalu hilang saat tawa dari orang yang dimaksud memenuhi ruangan.

“HAHAHAA. Saya tau saya tampan, tapi usia saya sama seperti ayah teman kalian, Hasan. Kamu masih mau sama saya?” Ujar Theodore.

Ucapan Theo sontak mengejutkan Kiera bukan main. Napasnya langsung tercekat gugup tak sanggup menjawab. Ia malu.

“Gabisa om. Kiera bakal nikah sama saya.” Ujar Nathan.

Ucapan Nathan sontak mengejutkan Kiera hingga berakhir dengan tatapan sinis dari sang gadis. Rendy sudah menduga Nathan akan melakukan hal ini jadi ia biasa saja. Sedangkan Theo tentu saja terkejut bukan main, karena ia mengetahui sesuatu tentang dua anak laki-laki di hadapannya.

“Kalian pacaran?” Tanya Theo.

“Nooooo! Tu. Na. Ngan! Tunangan.” Jawab Nathan.

“Nana!” Protes Kiera.

Hujaman pukulan berhasil mendarat pada bahu kanan Nathan, tapi tidak berasa untuknya. Justru Nathan menikmati hal itu. Tawanya memenuhi ruangan namun seketika hilang saat Theo bangkit dari duduknya, kepalanya tertunduk menatap meja di hadapannya dengan tangan yang menyatu ke depan. Ucapan Theo berhasil mengundang petir dalam ruangan.

“Kalau begitu, salam untukmu, Tuan Putri.”