Message
Golden Cafe (12:18 p.m)
“Na, aku ke toilet sebentar.”
“Mau aku antar?”
“Hahaha engga, aku bukan anak kecil.”
“Tau jalannya kan?”
“Ada petunjuknya, Na.”
“Hm, okay.”
Kiera pun pergi ke toilet dan meninggalkan Nathan di tempat. Baru satu menit dalam keheningan, suara notifikasi muncul dari ponsel di hadapannya. Tangannya reflek mengambil ponsel tersebut dan membaca isi notifikasi tanpa perlu membuka pesannya.
“Ah palingan Marco atau Yang mulia.” Begitulah pikirnya. Namun ia salah. Maniknya menangkap nama yang asing bersama isi pesan yang berhasil meruntuhkan segalanya. Lelahnya baru saja hilang diterpa angin, namun kembali hadir menyelimuti. Nathan hanya tersenyum penuh arti menanggapi. Karena memang tidak ada lagi yang dapat ia lakukan. Ponsel tersebut kembali ia letakkan ke atas meja sebelum si pemilik hadir menangkap basah dirinya yang telah lancang membaca pesan orang lain.
Enam menit berlalu sejak kepergian sang Putri ke toilet, namun perempuan itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Nathan berniat menyusulnya ke toilet namun urung saat sosok yang ditunggu muncul dari ambang pintu kafe.
“Udah selesai?”
“Hmm, udah. Tadi Rendy ke sini?”
“Hah? Engga tuh? Emangnya kamu lihat Rendy?”
“Tadi aku lihat Rendy keluar, apa aku salah lihat ya?”
“Rendy ga mungkin kesini, Ra.”
“Iya sih palingan udah tidur atau sibuk sama tugas asdos.”
“Pulang yuk, udah mau pagi.”
“Eh? Sekarang?”
“Iya, pasti Teressa nungguin kamu. Biar aku antar sampai depan dorm. Aku ga terima penolakan.”
“O-okay.”