Home
***(beberapa saat kemudian)
. . .
“Bara? Kenapa gak bilang dulu kalo mau ke rumah?” Bintang masih terkejut, karena sekarang Bara sedang berdiri di depan pintu sambil tersenyum menyaksikan omelannya.
“Taddaaa” Bara menyodorkan sebuah kotak berwarna coklat dengan ceria. Sedangkan sang gadis hanya tersenyum kebingungan. “Martabak hehe” “Hhhhh. Hampir tengah malam dan kamu nekad ke rumah cuma buat ngasih martabak? kan masih bisa besok, Bara” Bintang setengah frustasi. “Martabak cuma alasan ajasi” Jawab Bara santai dengan bahu yang bergerak naik. “Alasan gima-” “Kangen” Bara memotong kalimat Bintang dengan suara yang rendah dan lembut. Lawan bicara nya hanya bisa mematung.
***
“HAH?!!!” Bintang terkejut bukan main dengan ucapan Bara 1 detik yang lalu. “Kenapa baru bilang?” Bintang sedikit kesal. “Rencananya 5 hari lagi, ternyata di percepat jadi lusa” Bara memasang ekspresi sedih.
Bara menarik lembut kedua tangan Bintang lalu diusapnya punggung tangan mungil itu. “1 bulan, gakpapa?” Ya, Bara sebagai mahasiswa teknik tingkat akhir, akan memulai magang nya lusa nanti selama 1 bulan di luar kota. Walau mereka sudah berpengalaman soal LDR, tapi tetap saja sedih saat harus berjauhan.
Bintang mendekatkan posisi duduknya. Seolah mengerti maksud sang kekasih, Bara langsung mendekap Bintang ke dalam pelukannya sambil sesekali mengusap lembut kepala sang gadis.
“Star?” Panggil Bara tanpa melepaskan pelukannya. “Hm?” Jawab bintang, pelan. “Walaupun jauh, Bara tetep berusaha buat jagain kamu” “Star gak akan kenapa-kenapa, Baraaa. Bara yang harus jaga diri ya di sana? Soalnya Star nunggu Bara pulang di sini” Ya tuhan, Bintang asal kau tahu isi kepala dan hati Bara kini sudah kacau di buatmu. Di kecupnya pucuk kepala sang gadis, sebagai ungkapan rasa sayangnya yang tulus.
'Jangan berpaling dari gue. Cukup lihat gue dan tunggu gue pulang. Karna sampai kapanpun, cuma lo satu-satunya rumah gue.' batin Bara.
. . .
To be continued-
. . .
-Zhi