Rendy's POV Room 007 | 3:25 p.m.
“Aku mengikuti badut kelinci, lucu sekali hihihiii.”
“Tadi ada gadis cantik yang dimarahi bibi itu.”
“Tidak. Aku mau yang warna kuning.”
“Selera kita sama. Kalau suatu hari kita sama-sama menyukai suatu hal, apa kau akan mengalah padaku seperti saat ini?”
“Janji?.”
“Toko paman sedang ada ice cream gratis.”
“Rendy, paman ini mencurigakan.”
“Berani-beraninya kau mengikat kami!”
“Kau jahat! Raja akan menghukummu.”
“Rendy, jangan lepas genggamanmu dari Nathan.”
“BERHENTI KALIAN!!!”
“Ikuti perintahku.”
“Berenang dan bertahanlah.”
DOR!!!
BRUK!
“Kakak! Kau berdarah.”
“Rendy, ini perintah terakhirku.”
“JUMP!”
“Rendy, aku titip—dua sahabatku.”
“R-Rendy.”
“Berjanjilah.”
“Jaga Nathan untukku.”
“KAKAK!!”
BYUR!!!
'Mama.'
'Gelap.'
'Dingin, Maa.'
'Nathan, tenggelam.'
'Teman, pegang tanganku.'
'Ukhh. Sakit sekali.'
'Bertahanlah, ada aku di sini, bertahanlah sedikit lagi.'
'Seseorang, kumohon tolong kami.'
'Pangeran, bertahanlah.'
Gelap menemukan terang, embun sejuk menerpa wajah.
“Rendy? Rendy?”
Tik Tok Tik Tok
“Rendy, you woke up?” Sayup terdengar suara seseorang.
“Ukkhhh.” Rendy melenguh pelan, pertanda kesadarannya telah tiba.
Matanya mengerjap, beradaptasi pada cahaya remang kamar 007.
Netra legam milik Rendy membulat sempurna, menatap sosok familiar di hadapannya. Semesta menarik kembali kisah yang terpendam.
“Selamat datang kembali, teman.” Ujar Nathan.