Deep Talk

image


“Lang.”

“Hm?”

“Menurut kamu, siapa yang akan hidup bersamaku selamanya?”

“Aku.”

“Etdah buset pede banget?” “Yang benar itu diri aku sendiri.”

Langit diam menyimak.

“Jadi, kita harus bisa menjaga diri kita sendiri.” “Kuharap, kamu bisa lebih mencintai diri kamu sendiri.” “Dengan begitu, kita bisa ngejaga hubungan ini lebih lama.”

“Aku akan hidup lebih lama, kau tidak perlu takut.”

“Langit, peluk aku.”

“Janji harus tidur ya? Langit makin gelap, kamu harus istirahat.”

“Dari pada merem, aku lebih milih natap mata kamu.”

Langit memotong jarak, mendekap Biru dalam pelukannya. Hangat. Kalau boleh meminta, Biru ingin memohon agar semesta menghentikan waktunya sejenak. Ia ingin lebih lama dalam pelukan Langit.

“Jadi gini ya sosok kita yang serius? lucu ya.” Ucap Langit.

“Kamu tau ga? Kata orang, orang humoris selalu menangis sendirian.” Ucap Biru.

“Kata orang aku humoris, tapi aku ga nangis sendirian. Soalnya ada kamu di samping aku.”

“Kalau aku semestamu, kamu sosok malaikatku.”

Cup!

Sebuah kecupan tulus mendarat pada kening Biru.

“Bahkan semesta menyandingkan nama kita.”

“Langit dan biru itu satu.” Ucap Langit.

Ada genangan air yang tertahan pada pelupuk mata keduanya. Inilah mereka. Langit dan Biru. Sosok tetangga yang meresahkan dan pasangan terabsurd seantero kampus, namun ada sisi lain yang hanya diketahui keduanya. Kala mode serius, bahkan kalimat para motivator akan kalah manjur.

“Benar, Langit dan Biru itu satu.” Ucap Biru.

“Nah, sekarang ayo tidur. Aku nyanyiin lagu kesukaan kita.”

“Langit, demi Tuhan. Aku ga mau tidur, aku mau kita kaya gini aja.”

If I had to live my life without you near me.

“Langit, aku mohon.”

“Ssst! Aku mau nyanyi. Biru tidur yaa.”

“Langit, please.”

The days would all be empty. The nights would seem so long. With you I see forever, oh, so clearly. I might have been in love before. But it never felt this strong.

Dengan suara khasnya, Langit menyanyikan lagu kebangsaan antara ia dan Biru. Nothing's gonna change my love for you by George Benson. Lagu yang selalu mereka putar sejak SMA, terutama di kala sepi menemani.

'Aku kalah. Kamu boleh bernyanyi.' Batin Biru.

Our dreams are young and we both know. They'll take us where we want to go. Hold me now, touch me now. I don't want to live without you.

Nothing's gonna change my love for you. You oughta know by now how much I love you. One thing you can be sure of. I'll never ask for more than your love. Nothing's gonna change my love for you. You oughta know by now how much I love you. The world may change my whole life through. But nothing's gonna change my love for you.

Seulas senyum terukir pada bibir indah milik Langit. Ia kecup kening juga hidung milik Biru, dan mengusap air yang berhasil Biru tumpahkan pada pipinya. Langit menyesal membuat Biru menangis. Ini selalu terjadi di kala malam. Ia pandangi lamat-lamat wajah yang sedang tertidur pulas.

“Biru, maaf karena membuatmu menangis setiap malam.”

“Aku mencintaimu. Banget pangkat tiga. Ingat, kalau langit berwarna jingga, artinya aku kangen kamu.”

“Selamat beristirahat, semestaku.”

Lagu berakhir. Biru terlelap. Kemudian sunyi tanpa suara.