Your Eyes

Song recommendation : https://open.spotify.com/track/5Mu3n2L96MX1lU2EHqnD7p?si=gOSP0KkeRyi2T7Pm-NKkRQ&utm_source=copy-link

D-3 PROM NIGHT Flower Garden : 3:15 p.m

image


Angin sejuk membelai rambut, aroma bunga mengiasi taman yang kala itu sepi. Hanya ada mereka berdua, karena letaknya yang cukup jauh dari kota. Sengaja dibuat untuk siapapun yang butuh ketenangan.

“Rendy.”

“Kenapa?”

“Kata Nathan, janji itu sakral. Menurut lo gimana?”

“Pangeran bilang gitu?” Tanya Rendy dan dibalas sebuah anggukan dari Kiera.

“Hmm.... Iya, karena harus ditepati.”

“Lo pernah buat janji? Bukan janji ketemuan gitu, like... Janji yang punya tempat tersendiri bahkan bikin lo berusaha keras buat nepatin itu.”

Ada jeda selama beberapa detik sebelum Rendy menjawab.

“Ada.”

“Janji apa?”

“Kiera.”

“Ya?”

Laki-laki itu menoleh ke arah sang Putri yang sedang duduk di atas sebuah batu besar di tengah taman. Dua pasang mata saling menatap, berusaha membaca satu sama lain.

“Kamu tahu? Selain sakral, janji itu sifatnya rahasia. Hanya si pengikat yang boleh tau detailnya. Bahkan janji sebuah pertemuan besar-pun bisa bersifat rahasia.”

“Hhhhhh.. Ternyata janji itu bukan cuma sekedar kalimat ya–ADUH! Kok lo noyor kepala gue?!”

“Ck. Makanya, jangan sembarangan ngomong. Biar gue kasi tau sesuatu.”

Air muka yang semula ditekuk, kini memudar diganti sebuah keseriusan, pertanda ia akan menyimak petuah dari sahabatnya itu.

“Jangan membuat keputusan di kala marah, dan jangan membuat janji di kala sedang bergembira.”

Ada bayangan pada manik laki-laki itu. Sepasang mata yang jernih. Siapapun yang menatapnya akan tenggelam dalam ketenangan. Begitulah pikir Kiera.

Gemercik air terdengar diantara keheningan.

“Ren.”

“Apa lagi?”

“Gue penasaran sama sesuatu.”

“Apa?”

Kiera yang tadi berjongkok seraya mengambil foto bunga, kini berdiri menghadap Rendy yang sedari tadi berdiri sembari menengadah menatap langit sore.

“Tatap mata gue.”

“Ga jelas.” Ucap Rendy, namun ia tetap mengikuti mau sang Putri. Hingga pada akhirnya mereka saling berhadapan, menatap satu sama lain.

“Lo pernah jatuh cinta?”

Deg!!

Ada sebuah getaran pada matanya. Kiera melihat itu. Namun tak lama, air muka Rendy kembali tenang. Namun mata tidak pernah bohong. Ada sorot sendu di dalam sana.

“Pernah, sama Mama Papa, sama si kuning juga.”

“Rendy, Please! Bukan orang tua atau benda kaya mobil lo. Tapi orang lain, dalam konteks as a lover.”

Hening kemudian.

“I think, gue ga pernah ngerasain hal itu.”

“Serius?”

“Uhm.”

“Bohong.”

“Engga.”

Merasa tidak puas dengan jawaban Rendy, Kiera-pun melangkah maju.

Dep.

“L-lo ngapain?!”

“Mendeteksi kebohongan.”

Kiera meletakkan telapak tangan kanannya pada dada kiri milik Rendy. Berusaha merasakan degup yang hadir di dalam sana. Namun tak berlangsung lama, Rendy lagi-lagi menoyor kening sang Putri hingga terdorong ke belakang dan menjauhkan tangan itu dari tubuhnya.

“Jangan aneh-aneh.”

“Cih.” Tawa keduanya mengisi kesunyian, menyatu bersama gemercik air dari sungai. Namun di sisi lain, Kiera tau, ada hal lain yang menggerakkan sahabatnya itu.

Eyes never lie, Rendy.

. . . To be continued . . . —Zhi

Putar lagu+baca terjemahan liriknya (Kiera's POV) https://www.drakorlovers.com/2016/10/lirik-dan-terjemah-lagu-baek-ah-yeon.html?m=1